Laman

Sabtu, 08 Juni 2013

Hakikat Istighfar dan Sebab-sebabnya

Hakikat Istighfar dan Sebab-sebabnya

Manusia tidak ma'shum (terjaga) dari kesalahan dan dosa-dosa. Hal ini mengambil hukum  tabiat sebagai manusia, yakni, tidak luput berbuat salah dan lupa. Misalnya nafsu yanng tinggal diantara sisi-sisi jiwanya, yang selalu menghiasi dan mengajaknya kepada keburukan. Allah menegaskan.
"Sesungguhnya nafsi itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku." (Yusuf[12]: 53) 
      
Diantara musuh itu adalah setan. Ia musuh utama yang mengganggu manusia dengan memberikan bahan-bahan yang menghancurkan.Musuh yang lain ialah hawa nafsu yang menghalangi manusia di jalan Allah. Selain itu, dunia penuh dengan tipu daya dan kisi-kisi gemerlapnya. Sebenarnya orang yang terjaga dari dosa adalah orang yang dijaga oleh Allah. Dia melindungi anda dari kekalaian, dan meremehkan kedekatan dengan-Nya. Oleh karena itu Nabi Muhammad Saw, bersabda yang diriwayatkan dari Abu Hurairah,
      "Demi jiwaku yang berada di tangan-Nya, jika kalian tidak berdosa, niscaya Allah menghilangkan kalian mendatangkan kaum (orang-orang) yang berdosa, lalu mereka memohon ampun kepada Allah dan Dia mengampuni mereka."
      
Dalam hadist lain disebutkan Rasulullah Saw bersabda," seluruh anak adam pasti melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah mereka yang bertaubat.
     
Namun, ada masalah yang harus diperhatikan, yakni banyak orang berkeyakinan, istighfar dibuktikan dengan mulut atau lisan. Mereka berkata, Astaghfirullah (Aku memohon ampun kepada Alah). Selanjutnya pada kalimat ini tidak ada bekas di hati, sebagaimana tidak tampak dalam perbuatan anggota tubuh. Istighfar seperti ini sejatinya adalah perbuatan orang-orang yang dusta.
 “Sesungguhnya Allah lebih suka menerima taubat seorang hambaNya melebihi kesenangan seorang yang menemukan kembali untanya yang telah hilang di tengah hutan.” (HR Bukhari Muslim)
 
Sedemikian senangnya Allah menerima taubatnya seseorang, namun manusia sendiri malah enggan istighfar & kembali pada jalan yang lurus yang mendapat rahmat Allah.

Rasulullah saja yang telah maksum dari dosa setiap hari tidak kurang 70 kali beliau beristighfar, apalagi kita manusia yang setiap detiknya selalu berkarya membuat tumpukan dosa,seharusnya lebih banyak beristighfar baik secara lisan,dalam hati maupun pikiran kita. Kesalahan dan dosa yang terus bertambah akan mengotori hati akan berdampak pada kondisi labil dan tidak seimbangnya kehidupan yang dijalani seseorang.

Banyak dosa yang tidak mampu kita rasakan dan kita raba, banyak kekeliruan yang tidak mampu kita rasakan sebagai kekeliruan, banyak kemaksiatan yang tidak kita sadari sebagai kemaksiatan. Jika kita termasuk yang rajin shalat apakah kita bisa bebas dari dosa yang tidak bisa kita rasakan?